Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mazmumah
Akhlak
sebagai tolak ukur manusia yang hakiki dan bagian yang tak dapat terpisahkan
dalam kehidupan manusia, bahkan untuk membedakan antara hewan dan manusia
terletak pada akhlaknya. Manusia yang tidak berakhlak sama halnya dengan hewan,
kelebihannya manusia hanya pandai berkata-kata. Sehubungan dengan itu akhlak
terbagi menjadi dua, Akhlak mahmudah dan Akhlak mazmumah:[1]
1.
Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah dapat diartikan sebagai akhlak terpuji, lawan
dari akhlak mazmumah yang berarti akhlak tercela. Seseorang yang tidak
berakhlak mahmudah dapat dikatakan tidak ber-Islam. Sebab hakikat agama
islam itu adalah "اللدين
Øسن الخلق". (Islam itu adalah kebaikan budi
pekerti). Dapat disimpulkan, akhlak mahmudah itu adalah semua
perilaku yang dipandang baik oleh syariat.[2]
Macam-macam akhlak mahmudah:
a.
Al-Amanah
Al-Amanah
dalam arti bahasa adalah kesetiaan ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran.
Kebalikan dari Al-amanah adalah khianat, yang dimaksud amanah adalah suatu
sifat dan sikap seseorang yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan
sesuatu yang dipercayakan kepadanya, seperti harta benda rahasia maupun tugas
kewajiban. (Hamzah Ya’kub, 1988 : 98).
b.
Ash-Shidqu
Ash-Shidqu
adalah memberitahukan sesuatu dengan fakta atau kejadian sebenarnya, Dalam
bahasa Indonesia Ash-Shidqu berartikan benar atau jujur. Pengaplikasian
Ash-Shidqu ini tidak hanya dalam ucapan, juga termasuk dalam perbuatan seperti
isyarah dengan tangan, goyang kepala dan sebagainya. (Ismail Thalib, 1984 :
57).
c.
Al-Adlu
Dalam
buku Taisirul Khallaq disebutkan, bahwa adil adalah berlaku sama tengah dalam
segala urusan dan melaksanakannya sesuai dengan ketentuan syari’at. Sebagian
ilmu mengatakan, bahwa adil cenderung kepada kebenaran. Dengan kata lain adil
adalah mengerjakan yang benar dan menjauhkan yang batil (1984 : 74).
d.
Asy-Syaja’ah
Syaja’ah
memiliki arti berani, sedang yang dinamakan berani adalah keteguhan hati dalam
membela dan mempertahankan yang benar, tidak mundur karena dicela, tidak maju
karena dipuji, dan jika ia salah ia terus terang tanpa malu mengakui
kesalahannya. (Barmawi Umari, 1986 : 53).
e.
Tawadlu’
Tawadlu’
lawannya Takabbur, Tawadlu” ialah memelihara pergaulan dalam hubungan sesama
manusia tanpa perasaan berlebihan diri dari orang lain serta tidak merendahkan
orang lain. Dengan maksud, memberikan setiap hak pada yang mempunyai, tidak
meniggalkan diri dari derajat yang sewajarnya, tidak menurunkan pandangan
terehadap orang lain dari tingkatnya, dimana tawadlu’ dapat menyebabkan diri
memperoleh ketinggian dan kemuliaan. (1986 : 54).[3]
2.
Akhlak Mazmumah
Akhlak
mazmumah yang merupakan akhlak
tercela atau perilaku buruk adalah sikap, sifat, atau perilaku yang dibenci
Allah Swt, serta merusak hubungan harmonis dengan sesama manusia. Akhlak
tercela wajib dijauhi umat Islam karena perilaku ini menyimpang dari pendidikan
akhlak mahmudah yang merupakan pedoman umat Islam.
Macam-macam akhlak mazmumah:
a.
Menghina
Menghina
ialah mengucapkan kata yang merendahkan dan menyakiti hati orang lain, seperti mencela,
mengolok-olok, melaknat, memaki, dan mengejek.
b.
Buruk sangka (suudhan)
Buruk
sangka adalah menuduh atau memandang orang lain dengan “kacamata hitam” atau negative
thinking, seperti menyembunyikan kebaikan orang lain dan membesar-besarkan
keburukan orang lain.
c.
Bergunjing
(Ghibah)
Ghibah
adalah membicarakan aib atau kejelekan orang lain, seperti membicarakan masalah
orang lain yang tidak disukainya, meskipun hal tersebut benar-benar terjadi.
Allah Swt mengidentikkan ghibah dengan “memakan daging mayat saudaranya
sendiri”.
d.
Dengki (Hasad)
Hasad
adalah keadaan hati, sikap
batin, atau rasa tidak senang, benci,
dan antipati terhadap orang lain yang mendapatkan kenikmatan, kesenangan, dan memiliki kelebihan darinya. .
Sikap ini merupakan sikap kaum Yahudi yang dibenci Allah (maghdhub). Jika orang lain mendapatkan kemalangan atau
kesengsaraan ia merasa senang.
e.
Serakah
Serakah
atau tamak adalah sikap tidak puas dengan apa yang menjadi hak atau miliknya,
sehingga terobsesi meraih yang bukan haknya. Setiap orang berpotensi bersikap
serakah jika tidak bisa mengontrol keinginan dan kemauannya.
f.
Kikir (Bakhil)
Kikir
atau Bakhil ialah penyakit hati yang sifatnya bersumber dari ketamakan,
cinta dunia (hubudunya) dan menyukai kemegahan. Orang yang beruntung adalah
orang yang terbebas dari sifat kikir.
g.
Riya’
Riya’
merupakan sikap yang muncul dari diri seeorang yang ingin dipuji oleh orang
lain. Riya’ adalah lawan atau kebalikan dari ikhlas (semata-mata karena
Allah Swt). Sifat Riya’ memiliki berbagai dampak negatif seperti rezeki yang
diterimanya akan berkurang.
h.
Berdusta
Berdusta
adalah salah satu ciri kaum munafik,
selain mengkhianati kepercayan dan mengingkari janji (HR Bukhari dan Muslim).
Sikap orang yang berhianat cenderung tidak akan dapat dipercaya oleh orang lain
lagi, karena ucapan dan perbuatannya tidak dapat dipercaya.
i.
Bermusuhan
Bermusuhan
merupakan sikap yang bertentangan dengan semangat ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan dalam islam). Sebagai orang muslim kita dianjurkan untuk menjauhi
sifat saling bermusuhan, karena sifat bermusuhan dapat memutuskan tali
persaudaraan antar sesama manusia.
j.
Mengadu-domba (Namimah)
Mengadu-domba
atau yang dapat disebut deng Namimah adalah sikap yang mendorong dua
pihak atau lebih untuk saling bermusuhan tetapi tidak memiihak diantara
keduanya.
k.
Sombong
Sombong
(takabur) adalah perasaan berbangga pada diri sendiri, merasa paling
baik atau paling hebat, dan merasa paling benar sehingga menolak kebenaran yang
disarankan oleh orang lain dan merendahkannya.[4]