Cara Mengatasi Menurunnya Akhlak Dalam Pendidikan
Pendidikan
merupakan salah satuhal penting yang memberikan pengaruh dalam pembentukan
akhlak. Karena dalam pendidikan ini anak didik akan diberikan didikan untuk
membimbing, menyalurkan dan mengembangakan bakat yang ada pada anak didik, agar
bermanfaat pada dirinya dan untuk masyarakat.[1] Untuk
membentuk akhlak pada anak memang bukan lah hal yang mudah, karena terkadang
saat dewasa mereka lebih memiliki pandangan yang berbeda tentang dirinya
sehingga ia mampu mengatasi nya sendiri, namun sudah menjadi tanggung jawab
orang tua dan penanggung jawab anak untuk mendidiknya mulai dari kecil, karena
bagaimanapun nilai-nilai yang akan dibawa anak ketika dewasa adalah nilai yang
tertanam kuat pada individu sejak kecil.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir menurunnya akhlak dalam pendidikan adalah:
1.
Melakukan
pendekatan terhadap anak sesuai dengan usianya
a.
Sistem perilaku atau akhlak dapat dididikan
atau diteruskan dengan menggunakan sekurang-kurangnya dua pendekatan:
1)
Rangsangan jawaban (stimulus response) ialah
proses mengkondisi, sehingga terjadi automatisasi, dan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
a)
Melalui mencontoh
b)
Melalui tanya jawab
c)
Melalui latihan
2)
Kognitif adalah cara menyampaikan informasi kepada
seseorang secara teoritis, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
a)
Melalui ceramah
b)
Melalui dakwah
c)
Melalui diskusi, dan lain-lain[2]
b. Dalam pandangan Islam, membentuk akhlak pada
anak dapat dilakukan dengan memberikan
pendidikan berdasarkan pada usianya, sehingga dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Tauhid (Ke-Esaan Allah)
Pengajaran tauhid dan mengenal Allah dimulai sejak usia 0-2 tahun dapat
mengucapkan kata untuk pertama kalinya sehingga kalimat pertama yang diucapkan
adalah nama Allah, hal tersebut tentu saja dapat membawa kebaikan-kebaikan pada
anak kelak.
2) Adab (Budi Pekerti)
Pengajaran adab diberikan pada anak usia 5-6 tahun dengan mengajarkan
pendidikan budi pekerti, terutamanya nilai-nilai akhlak seperti:
a)
Jujur (berkata benar)
b)
Memahami yang benar dan salah
c)
Memahami yang baik dan buruk
d)
Mengenal hal yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan
3) Tanggung jawab diri
Seperti yang diperintahkan oleh Allah melalui Rasulullah bahwa
ketika anak dalam usia 7-8 tahun yaitu dalam perintah shalat, anak sudah di
perintahkan untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sesuai dengan
kewajiban dan kebutuhan nya, seperti makan, mandi, ganti baju yang dilakukan
dengan mandiri.
4) Caring (Kepedulian )
Anak pada usia 9-10 tahun diajarkan untuk mulai peduli terhadap
sekitar yaitu pada orang lain terutama kepada teman seumurannya, seperti
menghargai, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih
muda, menghormati hak orang lain, dan lain-lain.
5) Kemandirian
Kemandirian yang dimaksud disini adalah kesiapan pada usia 11-12
tahun dalam menerima segala resiko yang diperbuat dan mendapat konsekuensi nya
seperti contoh ketika tidak shalat maka dapat dipukul oleh orang tua, serta
dalam masa ini anak sudah harus mengenal mana yang, baik dan buruk, boleh dan
tidak, salah dan benar.
6) Bermasyarakat
Pada usia 13 tahun keatas anak sudah mulai menginjak ke dalam
lingkungan masyarakat, anak sudah siap untuk bergaul dalam lingkungan
masyarakat seperti kemampuan untuk beradaptasi dan lebih mengetahui apa yang
baik dan buruk dalam lingkungan bermasyarakat.[3]
2. Penggunaan alat
digital dengan bijak
Dari
segi teknologi masyarakat informasi menggunakan terknologi elektronika dengan
tujuan agar banyak memiliki informasi. Kini penggunaan teknologi elektronika
telah mengubah lingkungan informasi, dari yang bersifat lokal dan nasional
menjadi lingkungan yang bersifat internasional, mendunia, dan global. Secara
kejiwaan, mereka merupakan manusia yang serba ingin tahu, mampu menjelaskan,
dan berfikiran imajinatif.
Kemajuan
dalam bidang teknologi pada zaman modern ini telah membawa manusia kedalam dua
sisi, diantaranya bisa memberi nilai tambah (positif), Namun pada sisi lain juga
dapat memberi nilai berkurang (negatif):
a. Efek positif
Efek
positif pada penggunaan alat digital dengan bijak seperti meningkatkan
keragaman budaya melalui penyediaan informasi yang menyeluruh dapat memberikan
orang kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru dan meningkatkan
produksi
b. Efek negatif
Efek
negatif pada penggunaan alat digital dengan bijak seperti kemajuan teknologi
yang berbahaya jika berada di tangan orang yang secara mental dan keyakinan
agama belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan
yang merusak dan menghawatirkan. Pengaplikasian efek negatif dari penggunaan
teknologi adalah:
1) Penggunaan
teknologi kontrasepsi (pencegah kehamilan) dapat menyebabkan orang dengan mudah
dapat melakukan hubungan seksual, tanpa harus takut hamil atau berdosa.
2) Tukar menukar
informasi
3) Jarigan-jaringan
peredaran obat-obat terlarang
4) Penyaluran
data-data film yang berbau pornografi di bidang teknologi komunikasi seperti
komputer, faximile, internet dan sebagainya, akan semakin intensif
pelaksanaannya.
Dampak
dari penyalahgunan teknologi komunikasi
, diantaranya sebagai berikut:
a. Desintegrasi
Ilmu Pengetahuan
Jauhnya
manusia dari pengetahuan akan kesatuan alam akibat banyaknya ilmu yang berjalan
tanpa ada pengikat dan petunjuk jalan dalam menjalani kehidupan.
b. Kepribadian
Yang Terpecah
Kehidupan
manusia modern memiliki pola dengan corak ilmu pengetahuan yang kering atas
nilai-nilai spiritual. Sehingga manusia memiliki kepribadian yang terpecah, selain
itu jauhnya ajaran agama dapat menghilangkan kekayaan rohaniah yang ada pada
diri manusia.
c. Penyalahgunaan
Iptek
Pada
zaman sekarang banyak iptek yang disalahgunakan efek negatifnya sebagaimana
yang telah disebutkan diatas, sehingga dapat merugikan manusia itu sendiri.
d. Terkikisnya
Iman
Terkikisnya
Iman pada manusia mengakibatkan manusia beranggapan bahwa agama hanya sebagai
bahan candaan yang dianggap tidak ilmiah serta manjadi hal yang kuno.
e. Pola Hubungan
Materialistik
Pola
hubungan manusia satu dengan manusia lainnya ditentukan oleh seberapa
menguntungkannya manusia yang satu dengan manusia yang lain.
f. Menghalalkan
Segala Cara
Dangkalnya
iman dan pola hidup materialistik, menjadikan manusia mudah menghalalkan berbagai
cara untuk mencapai tujuan.
g. Stres dan
Frustasi
Manusi
mengoptimalkan pikiran, tenaga dan kemampuan yang dimilikinya untuk bekerja terus
menerus dengan menghiraukan batas dan kemampuan. Sehingga mengakibatkan stres
dan frustasi.
h. Kehilangan
Harga Diri dan Masa Depan
Mereka
yang menghabiskan masa mudanya dengan mengikuti hawa nafsu serta menghalalkan
segala cara, suatu saat ketika waktunya telah tiba mereka akan menjadi tua
dalam tenaga, fisik, fasilitas dan material yang sudah tidak dapat mereka
lakukan, sehingga merasa kehilangan harga diri dan masa depan.[4]
3. Peningkatan
keimanan dan kerohanian melalui pembelajaran agama
Pendidikan agama harus ditanamkan
oleh orang tua sejak dini, karena agama mengajarkan suatu hal tentang kebenaran
dan kebaikan, nilai-nilai yang diajarkan oleh agama di samping apapun agama
itu, semua mengajarkan kepada nilai yang baik. Seorang anak yang dibekali ilmu
agama sejak kecil pun dapat terjerumus ke dalam hal yang negatif ketika dewasa,
apalagi seorang anak yang tanpa dibekali pendidikan ilmu agama.[5]
Metode
pembelajaran
akhlak yang dapat
diterapkan, sebagai berikut:
a. Metode
Imitation (Peniruan)
Tercapainya
proses belajar secara maksimal dapat diterapkan dengan metode meniru (imitation).
Misalnya, peserta didik meniru dengan melakukan sesuatu atau meniru mengucapkan
sebuah kata. Keuntungan penggunaan metode ini, peserta didik dapat belajar
berbahasa yang baik, akhlak, adat-istiadat, etika dan moral sebagaimana yang
dicontohkan.
b. Metode Trial
and Eror (Coba dan Salah)
Seseorang
belajar melalui pengalaman yang pernah dilalui, seperti upaya memperbaiki
kesalahan dari kesalahan yang pernah dilakukannya dahulu.
c. Metode
Conditioning (Kondisional)
Metode
kondisional terjadi apabila ada motif rasa berpengaruh dalam diri seseorang.
Karena adanya motif rasa ingin tahu, seseorang akan mencari jawaban atas reaksi
tertentu untuk diletakkan bersama motif netral. Kemudian untuk beberapa saat,
kebersamaan itu terus berlanjut secara kontinu, hingga diyakini bahwa motif
netral akan menjadi pendororng atas reaksi yang sama untuk menghilangkan motif
rasa yang memunculkan reaksi awal.
d. Metode
pemecahan masalah
Seseorang
akan berusaha kembali untuk mengoptimalkan prose berfikirnya dalam mencari pemecahannya
hingga seseorang menemui solusi pemecahan yang benar. Bertanya merupakan upaya
pikir dan belajar cepat untuk menyerap, sehingga pertanyaan itu ditanyakan
kepada orang yang ahlinya.
e. Metode Targhib
wa Tarhib
Metode
targhib dan tarhib merupakan cara pengajaran dengan pemberian materi
pembelajaran menggunakan balasan untuk kebaikan serta hukuman untuk keburukan. Hal
ini dilakuakn supaya peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhui keburukan.
Prinsisp dasar metode targhib dan tarbhib :
1)
Tanya Jawab
2)
Metode Ceramah
3)
Metode Diskusi
(Musyawarah)
4)
Metode
Demonstrasi (Penyampaian pendapat)
5)
Metode Amtsal
6)
Metode Drill
(Latihan
7)
Metode Uswah
dan Qudwah
8)
Metode
Observasi
9)
Metode
Pergaulan[6]
4. Cara
Meningkatkan Pembelajaran Pada Anak
Berbagai
macam cara dapat dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran pada anak agar
pembelajaran tidak monoton dan membosankan, sebagai berikut:
a. Belajar
sambil bermain
Teknik belajar sambil bermain ini sangat baik karena dapat
mengembangkan kreatifitas serta keterampilan motorik pada anak.
b. Belajar
sambil berekreasi (Outdoor learning)
Pembelajaran
dengan berekreasi memiliki kebaikan dalam peningkatan kecerdasan, dapat memahami
keinginan dari anak, menjadikan pembelajaran tidak monoton atau membosankan,
dan dapat menghindarkan anak dari serangan setres.
c. Belajar
sambil berkarya
Belajar
sambil berkarya dengan membuat hasil karya seni sendiri serta dapat memunculkan
kemandirian pada anak dan meningkatkan rasa percaya dirinya.
d. Mengajarkan
kreatifitas sesuai bakat dan minat
Mengajarkan,
mengarahkan serta mengembangkan bakat minat anak dapat menjadikan ilmu yang
telah didapat sebagai bekal masa depan untuk cita-citanya.
e. Memberikan
apresiasi (penghargaan)
Memberikan apresiasi seperti bingkisan, hadiah, atau pujian
untuk anak adalah sesuatu yang membanggakan dan membahagiakan, sebab dengan
apresiasi tersebut mereka akan merasa diperhatikan, merasa lebih bersemangat
untuk berprestasi dan meningkatkan keaktifan dalam belajar.
f. Belajar
diselingi hiburan
Hiburan
ringan berupa tayangan film kartun lucu yang mengandung pesan moral dapat
diberikan setelah selesai belajar,
sehingga dapat meningkatkan semangat belajar, membuat hati dan pikiran kembali
santai.
g. Belajar
sambil berdongeng
Pembelajaran
dengan dongeng atau cerita dengan contoh dongeng para nabi bermanfaat sebagai
tuntunan hidup yang baik dan untuk mempermudah daya tangkap anak dalam menerima
materi.[7]
Pembentukan akhlak pada anak sejak
usia dini dengan mencoba berbagai macam cara yang ada diatas serta sesuai pada
tahapan usianya berdampak positif pada pola berfikir anak, pola berfikir anak
yang telah mengalami pengembangan dapat memunculkan berbagai macam dampak
positif sehingga anak dapat menerima semua hal disekitarnya, dengan begitu perilaku
buruk dapat berkurang secara bertahap tanpa anak merasa tertekan.
[1] Ibid hlm.48.
[2] Ibid., hlm.49.
[3] Abdul Majid
dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 23.
[4] Ali Mas’ud, Akhlak
Tasawuf (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka
Jaya, 2012), hlm.180.
[5] Tiffany, Cara
Mendidik Anak Menurut Psikologi, diakses dari
[6] Nasharuddin, Akhlak
Ciri Manusia Paripurna, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2015), hlm.307.
[7] Guru Ppkn, 15
Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak, diakses dari
https://guruppkn.com/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-anak, pada tanggal 27 Maret 2019, pukul 11.27 WIB