Bagaimana Konsep Dasar Tentang Bahasa Indonesia?
Konsep Dasar Tentang Bahasa Indonesia?
1. Pengertian Bahasa Indonesia
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Oleh karena itu mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan sejak usia dini karena dari situ diharapkan mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional anak usia dini dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, danbudaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran mendasar yang sudah diajarkan sejak TK sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Kurikulum bahasa Indonesia di sekolah dasar mempunyai karakteristik:
a. Menggunakan pendekatan komunikatif keterampilan proses, tematis integratif, dan lintas kurikulum.
b. Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan fleksibelitas.
c. Penggunaan metode
d. Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber
2. Ciri-ciri atau karakteristik dari Bahasa
Ciri yang paling umum dari bahasa adalah bahasa itu berupa bunyi, kemudian bahasa itu adalah suatu sistem dan bahasa itu bermakna.
Ada lagi beberapa ciri ataupun karakteristik dari bahasa yaitu, abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
1. Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya.
2. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.
3. Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
4. Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon.
5. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
3. Bahasa Indonesia Baku
Istilah bahasa baku merajuk pada penggunaan bahasa yang mengikuti standar tertentu, yang ketentuannya melampaui batas daerah. Bahasa Indonesia baku merajuk pada Bahasa Indonesia yang bentuk dan penggunaannya diatur dalam PUEBI. Penggunaan bahasa yang standar ini memunculkan ragam Bahasa Indonesia Baku. Ragam ini pada umumnya digunakan oleh kelompok masyarakat terdidik , dalam buku-buku pelajaran, pada karya ilmiah, dan dalam penggunaan bahasa pada situasi komunikasi resmi. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu:
1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat.
2. Bersifat kecendekiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
3. Keseragaman. Di sini, istilah "baku" dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragaman bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebakuan kalimat, antara lain:
1. Pelesapan imbuhan, misalnya "Kita harus hati-hati dalam menentukan sampel penelitian ini" (seharusnya "berhati-hati").
2. Pemborosan kata yang menyebabkan kerancuan atau bahkan kesalahan struktur kalimat, misalnya "Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan susunan pengurus baru" (kata "dalam" dapat dibuang).
3. Penggunaan kata yang tidak baku, termasuk penggunaan kosakata bahasa daerah yang belum dibakukan. Contoh, "Percobaan yang dilakukan cuma menemukan sedikit temuan" ( kata "cuma" seharusnya diganti dengan "hanya").
4. Penggunaan kata hubung yang tidak tepat, termasuk konjungsi ganda, misalnya "Meskipun beberapa ruang sedang diperbaiki, tetapi kegiatan sekolah berjalan terus." (Konjungsi "tetapi" sebaiknya dihilangkan karena sudah ada konjungsi "meskipun").
5. Kesalahan ejaan, termasuk penggunaan tanda baca.
6. Pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya "Setelah dibahas secara mendalam, peserta rapat menerima usul tersebut" (subjek anak kalimat "usul tersebut" tidak boleh dilesapkan
4. Fungsi-Fungsi Bahasa Indonesia
a) Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
• Bahasa resmi Negara,
• Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
• Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
• Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Dalam fungsinya sebagai bahasa resmi, Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam komunikasi resmi. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam buku-buku pelajaran adalah perwujudan pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.
b) Fungsi Bahasa Indonesia berdasarkan Tujuan
• Fungsi praktis : bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar sesame dalam kehidupan sehari-hari.
• Fungsi kultral :bahasaaaa untuk menyimpan, menyebarluaskan, mengembangkan kebudayaan.
• Fungsi artistic : bahaya yang digunakan merupakan alat untuk menyampaikan keindahan dan estetika manusia melalui seni dan sastra.
• Fungsi edukatif : bahasa digunakan untuk menyampaikan dan mengembangkan IPTEK.
• Fungsi politis : bahasa digunakan untuk menyelenggarakan administrasi Negara dan menjalankan pemerintahan.
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi
(a) aspek mendengarkan,
(b) aspek berbicara,
(c) aspek membaca,
(d) aspek menulis,
(e) kesastraan dan
(f) kosa kata
Keenam aspek tersebut merupakan satu kesatuam dan erat sekali hubungannya dengan proses yang mendasari bahasa. Dalam Penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang di ambil adalah ruang lingkup membaca karena sesuai dengan masalah yang ada yakni rendahnya keterampilan membaca cerita siswa dalam proses pembelajaran. Keterampilan membaca merupakan modal awal siswa untuk menggali ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan dalam pendidikan formal.
By: Rizki Indah Damaiyanti