Urgensi Pendidikan Akhlak dalam Bingkai Pendidikan Masa Kini
Ada banyak fenomena yang bermunculan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yaitu perkembangan teknologi yang sangat pesat. Semakin gencarnya teknologi yang berkembang pesat di Indonesia ini tak menutup kemungkinan akan berimbas pada dunia pendidikan di masa kini, bahkan di masa depan. Namun terkadang kita tak sadar bahwa semakin canggihnya sistem teknologi yang masuk ke Indonesia, semakin merosot pula moral dan akhlak yang dimiliki oleh anak bangsa.
Oleh karena itu, pendidikan akhlak sangat dibutuhkan di masa kini dan di masa yang akan datang. Selain teknologi yang digunakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia, pendidikan akhlak juga sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan moral yang perlahan terkikis karena pengaruh dunia luar.
Pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan Education, berasal dari bahasa lain Eductum. Eductum terdiri dari dua kata, yaitu E (perkembangan dari luar) dan Duco(sedang berkembang), sehingga pendidikan dapat diartikan sebagai proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.
Dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia), pendidikan merupakan proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Ada juga yang mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar dengan tujuan agar para peserta didik dapat mengetahui dan mengembangkan potensi dirinya.
Adanya pendidikan membuat seseorang dapat mengembangkan potensi dirinya dan memiliki kecerdasan. Dengan begitu, maka setiap dapat memiliki ilmu pengetahuan, kreativitas, mandiri, serta membentuk watak dan kepribadian agar menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang disekitarnya.
Sedangkan akhlak merupakan bentuk jama’ dari kata khuluk (berasal dari bahasa arab) yang artinya tingkah laku, tabiat, dan perangai. Secara istilah, akhlak diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Namun, tentu saja tingkah laku tersebut tidak hanya dilakukan sekali atau hanya sewaktu-waktu saja.
Al Ghazali, Ibnu Miskawaih, Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani dan Ahmad Amin yang dikenal sebagai pakar dibidang akhlak, menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran.
Secara umum, akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam diri seseorang yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Seseorang dikatakan berakhlak apabila tingkah laku baik tersebut timbul dengan sendirinya dengan didorong oleh motivasi dari dalam diri tanpa banyak pertimbangan ataupun kesan terpaksa untuk berbuat. Karena keterpaksaan bukan merupakan pencerminan dari akhlak.
Tujuan akhlak adalah untuk menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi dan sempurna, serta membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Akhlak menjadi suatu hal yang harus dimiliki oleh manusia agar memiliki hubungan yang baik terhadap sesama manusia, juga kepada Allah sebagai pencipta.
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai definisi pendidikan dan akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah suatu kegiatan memberikan bimbingan baik dari segi jasmani maupun rohani melalui latihan moral yang menghasilkan perubahan positif, serta bersumber pada nilai-nilai ajaran islam sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan akhlak sangat penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Jikalau manusia tidak memiliki akhlak, bisa saja mereka hidup seperti hewan. Hewan tentu tidak mempunyai akhlak. Ia tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Oleh karenanya, hewan hidup dengan bebas tanpa aturan dan tanpa memperdulikan lingkungan disekitarnya.
Melihat pentingnya pendidikan akhlak untuk memperbaiki moral anak bangsa, maka peran lembaga pendidikan juga sangat diperlukan untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik bagi peserta didik. Karena, apabila masalah pendidikan akhlak ini tidak diperhatikan dengan baik, maka pendidikan hanya akan membawa seseorang dalam kehancuran. Sehingga terjadilah perilaku saling merendahkan orang lain.
Kegiatan pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui lembaga formal, non formal. Dan informal. Lembaga formal meliputi sekolah dan madrasah, lembaga non formal meliputi pondok pesantren serta majlis-majlis atau pengajian yang ada di lingkungan masyarakat, dan lembaga informal adalah pendidikan yang ada dalam keluarga.
Orangtua adalah pendidik yang pertama dan paling utama. Melalui keduanya lah, anak mulai belajar. Dari hal-hal yang sederhana, hingga hal yang rumit. Orang tua dapat mendidik akhlak sang anak mulai dari kecil. Anak dibiasakan untuk berperilaku baik, diajarkan untuk melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk. Karena akhlak dan budi pekerti yang dimikili oleh anak kelak adalah cerminan dari perilaku orang tuanya.
Orang tua memiiliki tanggung jawab atas kelangsungan hidup sang anak, mendidiknya dengan penuh kasih dan sayang, serta merawatnya dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Oleh karenanya, orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun pendidikan akhlaknya.
Selain orang tua, sekolah juga berperan dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai salah satu fungsi untuk menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan akhlak yang wajib dimiliki oleh peserta didik. Dalam hal ini, guru yang berkewajiban untuk menanamkan dan mewariskan nilai-nilai akhlak kepada peserta didiknya.
Hal penting yang harus diketahui oleh guru adalah latar belakang masing-masing peserta didiknya. Latar belakang peserta didik yang berbeda-beda mempunyai pengaruh terhadap kepribadian dan perilaku peserta didik. Disanalah guru mempunyai peran yang sangat penting dalam dalam membentuk kepribadian dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai agama dan budaya yang baik. Guru harus mempunyai rasa cinta dan kasih sayang terhadap peserta didiknya. apapun yang akan diajarkan oleh guru dengan perasaan senang secara tidak langsung akan membawa rasa senang juga bagi peserta didik sehingga ia akan lebih antusias dalam mendengarkan dan melakukan hal yang telah guru ajarkan.
Guru dapat memberikan pendidikan akhlak melalui berbagai hal, baik saat pelajaran sedang berlangsung maupun diluar kelas. Bahkan saat peserta didik menyalami gurunya ketika akan masuk kedalam kelas, secara tidak langsung ia sudah menanamkan nilai akhlak dalam diri peserta didik. Hal tersebut merupakan salah satu budaya yang mencerminkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam. Selain itu, guru juga dapat menjadi suri tauladan bagi peserta didik dengan cara mengajak dan mengamalkan perbuatan yang terpuji.
Lembaga pendidikan non formal seperti pondok pesantren juga merupakan salah satu lembaga yang ikut andil dalam pendidikan akhlak. Pondok pesantren biasa diartikan sebagai tempat para santri untuk belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada seorang guru yang disebut kyai.
Menurut istilah lain, pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang berfungsi untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Pondok pesantren menempatkan akhlak pada posisi yang tinggi dan sebagai sesuatu yang agung. Karena, seluruh pendidikan dan pengajaran yang di pondok pesantren difokuskan pada pencapaian akhlakul karimah. Dilihat secara sepintas, pondok pesantren hanya berorientasi pada tujuan akhirat. Namun, saat direnungkan baik-baik justru mempunyai orientasi yang lebih luas,. Karena semua ilmu yang sudah dipelajari harus diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan pondok pesantren sendiri sangat kental dengan nuansa religius dan disiplin yang tinggi. Pendidikan akhlak di pondok pesantren diberikan secara terpadu dan komperhensif. Dengan melalui berbagai kitab klasik karangan ulama’ terdahulu serta materi dan metode pendidikan yang mendukung nilai-nilai akhlak didalamnya membuat pondok pesantren banyak menjadi pilihan orang tua dalam ikut serta membentuk karakter dan moral sang anak.
Selain lembaga-lembaga pendidikan, masyarakat juga memiliki peran penting dalam mendukung pembentukan perilaku anak. Dengan melihat perilaku masyarakat sehari-hari, secara tidak langsung anak akan belajar dan menirukan apa yang mereka lakukan. Sebagai masyarakat yang baik, hendaknya kita berhati-hati dalam menempatkan sikap dan perilaku pada posisi atau keadaan yang sesuai. Masyarakat dapat memberikan pengaruh positif dan negatif bagi anak. Masyarakat dapat menjadi suri tauladan dengan memberi contoh, mengajak, ataupun melakukan suatu perbuatan yang baik dan melarang perbuatan yang buruk.
Seorang anak akan mendapatkan pengalaman secara langsung dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat. Dengan begitu, anak akan memiliki pengalaman yang nyata dan mudah diingat. Banyak pelajaran yang didapatkan oleh anak dalam kehidupan bermasyarakat. Anak belajar dari masyarakat dan akan kembali pada masyarakat.
Jika melihat fenomena pendidikan saat ini, banyak sekali anak cerdas dan memiliki segudang prestasi. Namun, mereka lalai pada perilaku dan akhlak yang mencerminkan sikap mereka. Hal itu terjadi karena di masa kini banyak orang tua yang menginginkan anaknya memiliki segudang presatasi, namun lupa memberikan pendidikan agar anaknya tumbuh disertai dengan akhlak yang baik.
Itulah mengapa Nabi Muhammad SAW berkata untuk menyepurnakan akhlak, bukan menyempurnakan ilmu. Karena ilmu merupakan hal yang mudah dicari dan dipelajari, sedangkan akhlak lebih butuh realisasi. Jika anak tidak mendapatkan pendidikan akhlak dari sejak kecil, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kaku yang hanya berpikir untuk mendapatkan prestasi tinggi tanpa disertai dengan akhlak terpuji.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa sandaran baik dan buruknya akhlak beserta perilaku lahiriyah adalah syari’at dan akal. Dengan kata lain, untuk menilai baik dan buruknya akhlak harus ditelusuri melalui agama dan akal yang sehat. Beliau juga berpendapat bahwa seorang pelajar janganlah menyombongkan diri dengan ilmu pengetahuannya, dan jangan pula menentang gurunya. Patuhlah terhadap pendapat dan nasihatnya.
Dalam bingkai pendidikan di Indonesia, pemerintah mempunyai tugas untuk menyeimbangkan antara pendidikan moral dan fisik anak. Pelajaran-pelajaran yang menuntun mereka pada budi pekerti yang baik perlu diperbanyak dalam lembaga pendidikan. Perlu ditekankan pula bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang masih berpegang teguh pada norma, sikap, dan nilai-nilai unggul dalam kehidupan sosialnya, sehingga rasa saling tolong menolong, bahu membahu, dan ramah tamah harus tertancap pada kepribadian masing-masing. Maka, sistem pendidikan di Indonesia akan menghasilkan anak bangsa yang kompetitif dan berperilaku positif.
By: AZMI TAHMIDAH