Wanita Yang Dianggap Berpenampilan Ideal Dan Berparas Cantik
Seorang perempuan cenderung mengandalkan kepercayaan dirinya kepada sebuah penampilan. Dalam arti lain, kepercayaan diri yang ada dalam jiwa seorang perempuan hampir seratus persen berasal dari apa yang ia kenakan dan tentunya keindahan fisiknya. Ini terbukti dengan melihat peristiwa yang terjadi dalam masyarakat secara umum. Misalnya saja ketika, perempuan diundang di suatu kegiatan sosial, maka mereka akan menjadikan penampilan sebagai nomor satu daripada hal yang lain, dan merasa pesimis ketika mereka disandingkan dengan seorang perempuan yang berpenampilan lebih baik dan cantik daripada dirinya.
Bagi seorang perempuan, penampilan sangatlah penting, hal tersebut akan menunjang seberapa besar kepercayaan diri mereka untuk tampil di depan publik dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Kita juga dapat membuktikan hal ini melalui sebuah simbol gender untuk menyatakan seorang perempuan dalam sejarah.
Sebagian orang menjabarkan bahwa simbol lingkaran dengan tanda silang di bawah merupakan gambaran dari sebuah cermin. Mereka beranggapan bahwa perempuan memiliki kecenderungan bercermin. Mendengar kata cermin, tentu tidak lepas dari penampilan. Artinya, seorang perempuan memang sangat memerhatikan penampilannya untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri mereka, terlebih saat tampil di depan publik.
Perempuan dominan menggantungkan kepercayaan dirinya pada bentuk tubuh dan paras wajah yang ia miliki, di samping pakaian serta makeup yang ia kenakan. Hampir semua perempuan memandang bahwa perspektif masyarakat mengenai definisi kecantikan itu memang benar. Karena berdasarkan fenomena yang terjadi di lingkungan sosial, masyarakat menyebutkan kata ‘cantik’ hanya untuk mereka yang memiliki tubuh ramping, molek, dan mampu mendatangkan perhatian banyak orang terutama kaum laki-laki. Tidak ada istilah cantik dimiliki oleh perempuan yang bertubuh gempal atau gemuk di dunia ini. Di belahan bumi mana pun, cantik seolah tetap dimiliki oleh perempuan yang bertubuh ramping.
Lalu, bagaimana sebutan untuk mereka yang bertubuh gempal atau gemuk tersebut? Tentu mereka mendapatkan sebutan berupa lawan kata dari cantik, yaitu jelek. Masyarakat cenderung memberikan stigma terhadap orang gempal, karena mayoritas dari masyarakat telah menanamkan pemikiran bahwa kehidupan orang gempal cenderung tidak sehat, seperti halnya mereka terlalu banyak mengonsumsi makanan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersantai sehingga jarang melakukan kegiatan olahraga. Pada akhirnya, fenomena tersebut pun akan mengurangi rasa kepercayaan diri dalam diri perempuan bertubuh gempal, seolah menjadi sebuah tekanan bagi mereka untuk dapat bebas menunjukkan dirinya di depan umum dan di hadapan seorang laki-laki.
Melihat dari penjabaran tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya seorang perempuan selalu ingin terlihat baik saat tampil di muka umum. Ketika penilaian orang lain terhadap mereka adalah cantik, maka mereka pun akan berusaha untuk lebih mempercantik diri mereka seperti halnya dengan makeup atau pakaian yang indah.
Hal itu pun berlaku bagi perempuan yang dinilai orang lain jelek, kebanyakan dari perempuan-perempuan tersebut pun akan berusaha untuk mempercantik diri mereka dengan berbagai cara. Jelasnya, mayoritas perempuan selalu ingin tampil cantik menurut definisi kecantikan masyarakat umum.
Lantas, apakah definisi kecantikan bagi perempuan bisa berubah? Jawabannya adalah bisa saja jika definisi kecantikan yang baru telah berubah secara umum di dalam masyarakat. Mungkin saja, definisi cantik yang semula diberikan untuk perempuan bertubuh ramping dan memiliki paras indah berpindah kepada perempuan bertubuh gempal dan memiliki paras biasa saja.
Namun, mau secantik apapun seorang perempuan menurut definisi kecantikan saat ini, tetap saja perempuan berkualitas adalah ia yang memiliki hati yang cantik, bukan fisiknya saja yang cantik. Sayangnya, mayoritas dari masyarakat telah lebih dulu menilai apa yang pertama kali dia lihat. Karena, bukankah fisik dapat langsung terlihat jika dibandingkan dengan hati? Shella Dina Aprilliyah.