Teknik Penulisan dan Penyuntingan Bahan Berita Jenis Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui proses pertukaran informasi antara narasumber dengan reporter. Wawancara bisa dikatakan menjadi tulang punggung pekerjaan seorang jurnalis atau reporter, karena hampir semua pekerjaan jurnalis atau reporter dilakukan dengan mewawancarai seseorang untuk meminta informasi tentang suatu kejadian.
Jadi, teknik wawancara merupakan salah satu teknik reportase atau suatu metode pengumpulan data atau berita melalui dialog (percakapan), pewawancara (wartawan) dapat memperoleh informasi, data, atau berita dari narasumber secara langsung maupun tidak langsung.
Teknik penulisan bahan berita jenis wawancara harus memenuhi unsur berita 5W+1H dan merangkum isi wawancara yang telah dilakukan:
1. Menyimak seluruh pembicaraan yang ada dalam wawancara
2. Mencatat pokok-pokok pembicaraan
3. Merangkai pokok-pokok pembicaraan ke dalam bentuk paragraf dengan memperhatikan keefektifan kalimat.
4. Menggunakan kalimat yang efektif
5. Mempertahankan susunan topik pembicaraan.
Sedangkan teknik penyuntingan bahan berita jenis wawancara sebagai berikut:
1. Menulis / pekerjaan persiapan, seperti menentukan ide, judul, pemilihan jenis tulisan, membuat sketsa garis besar dan mengumpulkan bahan.
2. Mendeskripsikan ide sebagai tulisan.
3. Mengoreksi atau memodifikasi naskah
4. Mengedit makalah. Langkah-langkah mengedit naskah online yaitu
1) Membaca dengan seksama,
2) Menandai kesalahan penulisan dan ejaan,
3) Memperbaiki kesalahan,
4) Membaca dengan seksama untuk memastikan tidak ada lagi kesalahan, seperti paragraf yang tidak padu.
Meski wawancara bukan satu-satunya teknik dalam pencarian berita, namun tetapharus memperhatikan prinsip-prinsip. Berikut adalah prinsip-prinsipnya:
1. Menjaga suasana
2. Bersikap wajar
3. Menarik kesimpulan dengan bijak
4. Fokus terhadap masalah tersebut
5. Beretika sopan santun
6. Kritis
Teknik Penulisan dan Penyuntingan Bahan Berita Jenis Feature
Feature ialah suatu "karangan khas" yang menuturkan kenyataan, kejadian, ataupun proses diiringi penjelasan riwayat terbentuknya, duduk perkaranya, proses pembentukannya, serta cara kerjanya. Suatu feature biasanya mengedepankan faktor why serta how suatu kejadian.
Feature memiliki data yang "lebih" dibanding kabar biasa (news), antara lain hal-hal yang bisa jadi diabaikan oleh news tadi serta relatif tidak akan pernah "basi" (tidak aktual lagi) semacam kabar biasa.
Mengenai batas penafsiran (definisi) feature, belum terdapat kesepakatan di antara para pakar jurnalistik. Tiap- tiap pakar membagikan rumusannya sendiri tentang kata feature. Jadi, sebagaimana pengertian berita, tidak terdapat rumusan tunggal tentang penafsiran feature. Yang jelas, feature merupakan suatu tulisan jurnalistik pula, tetapi tidak senantiasa wajib menjajaki rumus klasik 5W+1 H serta dapat dibedakan dengan news, postingan (opini), kolom serta analisis kabar. Ia menjadi bagian dari pemenuhan guna menghibur (entertainment) suatu surat kabar.
Seseorang penulis feature wajib mempunyai ketajaman dalam memandang, melihat, serta menghayati sesuatu kejadian. Dia wajib sanggup pula menonjolkan sesuatu perihal yang walaupun telah umum, tetapi belum terungkap seutuhnya.
Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari :
• Judul
• Teras
• Bridge atau jembatan antara lead dan body
• Tubuh tulisan
• Penutup yang bisanya mengacu kepada lead, menimbulkan kengerian ataupun kenangan, menyimpulkan yang telah diceritakan atau mengajukan pertanyaan tanpa ada jawaban.
Feature tunduk serta dibentuk di atas landasan kaidah-kaidah jurnalistik sastra. Sebagai ilustrasi, cerpen dibentuk di atas landasan kreasi, fantasi, serta imajinasi pengarang. Bermacam perihal yang berkaitan dengan serta menempel dalam cerita feature produk karya jurnalistik sastra. Pertama tentang 4 karakteristik utama feature. Kedua mengenai unsur-unsur yang menempel dalam tiap karya feature.
Ketiga tentang nilai ataupun pesan moral cerita (news value) feature. Keempat Mengenai anatomi cerita feature. Kelima tentang topik serta kriteria topik feature. Keenam tentang ketentuan judul feature. Ketujuh mengenai makna intro feature. Kedelapan menyangkut jenis-jenis intro feature. Kesembilan, barulah mengupas tentang metode menutup cerita feature.
Ada 4 ciri utama cerita feature , yakni
1. Penyusunan adegan
Laporan disusun memakai metode menceritakan adegan demi adegan, ataupun atmosfer demi atmosfer. Sesedikit bisa jadi penulis mengambil gaya penyampaian dari penulis historis.
2. Dialog
Lewat dialog, jurnalis berupaya memancing rasa keingintahuan pembaca. Lewat dialog pula, disiratkan kepribadian para pelakon yang ikut serta, sekalian diterangkan kenapa suatu kejadian terjalin.
3. Sudut pandang orang ketiga
Pembaca dilibatkan, diajak berada di masing-masing kemauan, benak, serta pengalaman yang terjadi. Alat ini mempresentasikan tiap suasana peristiwa-peristiwa lewat pandangan mata seseorang tokoh yang terencana mencuat. Dengan alat ini, pembaca diberi tahu tentang perasaan narasumber serta pengalaman emosionalnya yang terjadi dikala ini.
4. Mencatat detail
Seluruh hal bisa dicatat secara rinci yaitu: sikap, adat istiadat, kebiasaan, gaya hidup, baju, dekorasi rumah, ekspedisi wisata, makanan, pembantu, sahabat sebaya, atasan, bawahan serta pandangan-pandangan lain yang bersifat sekilas semacam pose, gaya jalan, serta bermacam simbol lain.
Penyuntingan media cetak merupakan kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan sebelum sebuah tulisan dimuat dan diterbitkan. Pekerjaan penyuntingan sering tidak diketahui oleh pembaca. Termasuk proses penyuntingan pada berita baik berita daring maupun luring.
Bahasa yang digunakan dalam menulis berita (media cetak) adalah bahasa yang khas, yakni ragam bahasa jurnalistik (lebih popular disebut bahasa jurnalistik). Bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa lainnya. Bahasa jurnalistik memiliki ciri khusus, diantaranya lugas, sederhana, singkat dan padat, sistematis, tidak memihak, serta menarik.
Terdapat sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers yang dirumuskan bersama-sama untuk keperluan menyunting sebuah berita. Warawan hendaknya mambatasi diri dalam singkatan atau akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim maka satu kali ia haarus menjelaskannya di antara tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak umum. Wartawan hendaknya menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefix. Pemenggalan awalan dapat dilakukan dalam kepala berita mengingat keterbatasan ruang.
Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek, pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan dan kata tujuan. Mnulis dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagipula prinsip yang harus dipegang ialah satu gagasan atau satu ide dalam satu kalimat.
Secara khusus, seorang penyunting berita perlu memperhatikan struktur berita pada umumnya terdiri atas judul berita (headline), dateline, teras berita (lead), tubuh berita (body). Judul berita hakikatnya adalah intisari berita. Judul berita biasanya terdiri atas satu atau dua kalimat pendek, tetapi telah cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakan.